Endokrin Reproduksi Pria







Copyright ©2010. Allrights reserved. http://www.trb-media.com
http://www.youtube.com/watch?v=yprZUf-tclc

Azoospermia

Dear bu Cinta,

Sperma dinyatakan kosong mengacu pada terminologi Azoospermia. Azoospermia adalah bila hasil pemeriksaan analisis semen tidak didapatkan adanya spermatozoa (konsentrasi = 0 spermatozoa) setelah dilakukan sentrifuge. Untuk "initial assesment" direkomendasikan untuk dilakukan analisis semen ulang dengan jarak 2-3 minggu dari pemeriksaan pertama.

Penyebabnya harus ditelusuri dari wawancara sistematis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain (misalnya hormon reproduksi).
Pada prinsipnya infertilitas pria di kelompokkan menjadi 3 untuk memudahkan diagnosis dan penangganannya :
1. pre testiskular (sebelum testis misalnya ada masalah di otak)
2. testiskular (di testis yang merupakan lokasi produksi sperma)



3. pasca testiskular (produksi sperma ada, namun saluran keluarnya tersumbat/obstruksi baik disengaja (vasektomi) ataupun tidak seperti adanya infeksi saluran/kelenjar aksesori pria).

Azoospermia harus dibedakan antara obstruktif atau non obstruktif, sehingga kategori azoospermia dapat dibagi 2 :
- karena obstruksi (post testikular) dan
- NOA non obstruksi azoospermia (pretestiskular & testiskular).

Kembali ke pertanyaan bu cinta mengenai " apakah keadaan sperma kosong masih dapat disembuhkan ?", hal itu sangat bergantung kepada penyebab yg melatarbelakangi.
Karena biasanya pria yang mengalami azoospermia memeriksakan spermanya karena alasan pasangan tersebut ingin punya anak. Maka bila terjadi obstruksi, dilakukan "sperma retrieval", yang dilanjutkan dengan bayi tabung ICSI dengan outcome "pregnancy rate" yang cukup tinggi.
Bila non obstruksi maka akan dicari tahu apakah keadaan tersebut adalah "reversible/temporer" artinya bila diterapi masih dimungkinkan testis (pabrik sperma) masih dapat menghasilkan sperma atau "irreversible/ permanent" artinya walaupun diberikan terapi hasilnya akan tetap azoospermia.
Yang "reversible" masih dapat di tangani, sedangkan yang "irreversible" biasanya dokter akan menyarankan untuk "adopsi anak".

Berikut adalah algoritma mengenai azoospermia :














Sumber : Kafer, John dan French, Dan dalam buku "Male Infertility : Problems and Solutions". Humana Press. 2010. Hal. 26.

Dapat dilihat juga mengenai : Azoospermia + Infeksi yang ditulis tanggal 27 Februari 2009, dalam http://klinikandrologi.blogspot.com/search/label/Male%20Infertility

Demikianlah bu Cinta, bila ada pertanyaan, masukan atau saran-saran, jangan sungkan untuk berkorespodensi di email : anton.smc@gmail.com.


Salam,


Anton Darsono
-------------

Kuisioner Ejakulasi Dini

Perjalanan Spermatozoa



Copyright ©2010. Allrights reserved. http://www.trb-media.com
http://www.youtube.com/watch?v=UjgUrZ1ht_U

Pengaruh Rokok Terhadap Defisiensi Selenium

Merokok telah menjadi masalah kesehatan global yang serius. Asap rokok merupakan oksidan yang menyebabkan berbagai kelainan pada beberapa sistem tubuh (Zahraie, 2005). Kandungan asap rokok tembakau merupakan oksidan dan pro oksidan yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan radikal bebas dan meningkatkan stress oksidatif. Setiap hembusan / kepulan asap rokok tembakau mengandung 104 oksidan dalam fase tar dan 105 dalam fase gas. Asap rokok merupakan faktor resiko dalam meningkatkan peroksidasi lipid.

Selenium diperlukan sebagai komponen essensial enzim Glutathione Peroksidase, merokok dapat berpengaruh terhadap aktivitas enzim antioksidan, yang secara tidak langsung berakibat pada metabolisme Selenium (Zahraie et al, 2005).

Selenium (Se) merupakan trace element yang sangat unik, sebab merupakan komponen dari sebuah asam amino selenocystein. Selenoprotein terlibat dalam pengaturan biologikal yang spesifik. Enzim Gluthathione Peroxidase tergantung pada kinerja Selenium. Selenium berperan dalam pengaturan sel seperti melindungi kerusakan akibat oksidatif, melawan infeksi, dan modulasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
Pada penelitian beberapa hewan coba dilaporkan bahwa Selenium diperlukan untuk perkembangan testis dan spermatogenesis pada tikus (Behne et al, 1996 dalam Hawkes et al, 2001), mencit dan babi (Combs dan combs, 1986 dalam Hawkes et al, 2001). Serum Selenium dilaporkan lebih rendah pada pria dengan oligozoospermia dan azoospermia dibandingkan kontrol (Krsnjavi et al, 2001 dalam Hawkes et al, 2001). Penurunan fertilitas pada pria dijabarkan sebagai penurunan konsentrasi, penurunan motilitas dan makin banyaknya kerusakan spermatozoa.

Defisiensi Selenium pada spermatozoa menyebabkan distorsi pada arsitektur mid piece sebab Selenium merupakan trace element penyusun matriks keratin (kapsul) mitokondria. Peran Selenium terutama pada pembentukan selenoprotein P dan phospholipid hydroperoxidase gluthatione peroxidase (PHGSH-Px) dalam spermatogenesis. Selenoprotein P ditransformasi pada tingkat akhir spermatogenesis dari selenoperoxidase aktif ke dalam struktur protein yang akan menjadi bagian kapsul mitokondria spermatozoa. Transformasi ini berjalan seiring dengan hilangnya glutathione. Mekanismenya, proses ini menginaktivasi GSH-Px dari reaksi bentuk selenenik dengan thiol GSH-Px itu sendiri dan protein lain. Komponen terbanyak selenoprotein PHGSH-Px, PHGSH-Px disintesis di spermatid bulat dibawah kontrol tak langsung testosteron. Distorsi midpiece akan menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa yang pada akhirnya dapat mengakibatkan infertilitas.

Selenoprotein juga berfungsi mengikat radikal bebas yang dihasilkan oleh proses fosforilasi oksidatif di mitokondria. Kecenderungan peningkatan jumlah perokok di Indonesia dapat meningkatkan angka kejadian infertilitas di Indonesia diperkirakan pada tahun – tahun mendatang.

Selenium Sebagai Anti Oksidan

Penyebab yang mempunya efek merusak dari ROS dan produknya dalam sel adalah peroxidasi membran lipid, sebuah proses yang diinisiasi oleh abstraksi atom hidrogen dari grup methylene (-CH2-) Polyunsaturated fatty acids pada membran lipid oleh hydroxyl radical. Keadaan double bond pada fatty acid melemahkan ikatan CH pada atom karbon kemudian membuat abstraksi atom hidrogen lebih mudah, bertempat dibelakang sebuah radikal karbon terpusat (CH) yang dapat distabilkan oleh rearrangement melokuler ke bentuk conjugated dienes, yang selanjutnya akan bereaksi dengan molekul oksigen membentuk peroxy radical (LOO) dengan reaksi :
L + O2 --> LOO
Selanjutnya akan abstraksi dengan atom hidrogen lain dari molekul lipid, propaganda rantai reaksi berikutnya dan terakhir membentuk lipid hydroperoxydes (LOOH) dengan reaksi :
LOO + LH --> LOOH + L
Peroksidasi lipid juga dapat diinduksi secara enzimatis oleh phospholipases dan lipoxygenases (LOX), dibentuk oleh lipolysis releases unsaturated fatty acids, yang bertindak subsekuensi sebagai substrat untuk LOX.
Organisme aerobik diberikan kemampuan untuk membentuk senyawa antioksidan dalam meredam dampak buruk dari oksidan atau radikal bebas yang terjadi selama kehidupan. Senyawa anti oksidan adalah senyawa yang dapat memberikan elektron (electron donor). Semua senyawa yang dapat meredam oksidan termasuk enzim, protein pengikat logam disebut sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan meredam oksidan melalui pencegahan terhimpunnya senyawa – senyawa oksidan berlebihan (preventive antioxidants), atau mencegah reaksi rantai yang berkelanjutan (chain - breaking antioxidants). Masuk dalam preventive antioxidants yaitu superoksida dismutase (SOD), katalase, peroksidase, transferin dan feritin, seruloplasmin dan albumin. Sedangkan yang masuk dalam chain-breaking antioksidants adalah vitamin E, beta karoten, glutation, sistein dan vitamin C (Soedjono, 2008).
Terdapat banyak sistem penangkal radikal intrinsik yang melibatkan reaksi enzimatik dan non enzimatik. Copper – zinc superoxide dismutase (Cu-Zn SOD), glutathione peroxidase (GSH-Px) dan catalase (CAT) adalah komponen penting sistem antioksidatif enzimatik. Cu-Zn SOD dismutasi katalisis superoxide anion (O2-) ke dalam hidrogen peroksida (H2O2) dengan reaksi sebagai berikut :
O2- + O2- + 2 H+ --> H2O2 + O2
yang kemudian deaktivasi ke H20 oleh katalase dan GSH-Px. GSH-Px juga mereduksi peroksida organik yang berhubungan dengan alkohol. Pada beberapa penelitian merokok tembakau dapat mengurangi trace elements. Trace elements diperlukan dalam jumlah kecil sebagai komponen essensial enzim antioksidan (sitoplasmik Cu-Zn SOD mengandung metal tembaga dan seng sebagai kofaktor, enzim GSH-Px mengandung selenium dan CAT mengandung besi), merokok tembakau dapat berpengaruh terhadap aktivitas enzim antioksidan, yang secara tidak langsung berakibat pada metabolisme trace elements. (Zahraie et al, 2005).
Cd dan Pb dapat mempengaruhi absopsi, retensi, distribusi, dan ketersediaan biologi Se, Zn, dan cooper (Cu) dalam tubuh, menghasilkan defisiensi relatif pada elemen - elemen essensial tersebut, yang diperlukan untuk aktivitas optimum dari enzim – enzim antioksidan penting, superoxide dismutase (Cu, Zn-SOD) dan glutathione peroxidase (Se-GPx), terlibat dalam proteksi sel-sel dan melawan kerusakan oksidatif (Jurasovic, 2004). Glutathione peroxidase menetralisir hidrogen peroksida dengan mengambil hidrogen dari dua molekul GSH (bentuk glutathione tereduksi) menghasilkan dua H2O dan satu GSSG. Enzim gluthahione reduktase kemudian meregenerasi GSH dari GSSG (bentuk glutathione teroksidasi) dengan NADPH sebagai sumber hidrogen. Reaksi eliminasi hidrogen peroksida oleh glutathione dapat ditulis sebagai berikut (Best, 2008) :
2 GSH + H2O2 --> GSSG + 2 H2O
Radikal bebas pada lipid menghasilkan peroksida (ikatan -O-O-) menghasilkan mutagenic epoxides dan tidak terlarut & tidak dapat dicerna seperti lipofuscin. Glutathione peroksidase / glutathione merusak fat peroksida dengan cara yang sama untuk menghilangkan hidrogen peroksida :
2 GSH + ROOH --> GSSG + ROH + H2O

Merokok Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Disfungsi Ereksi dan Upaya Menghentikan Kecanduan Rokok

Merokok telah menjadi masalah kesehatan global, pada tahun 2002, World Health Organization (WHO) memprediksi 10 juta batang rokok terjual setiap menit di seluruh dunia. Menurut Synovate Indonesia yang merupakan sebuah organisasi research marketing, ketika merokok menurun di seluruh dunia, kecuali di Indonesia justru meningkat. Dari data WHO tahun 1986, pria dewasa Indonesia yang merokok 53 persen, Survey Synovate tahun 2003 diketahui 60 persen pria dewasa Indonesia merokok, menjadikan Indonesia sebagai salah satu populasi perokok terbesar di dunia. Tingginya perokok di Indonesia tidak terlepas dari persepsi yang salah akan rokok, dimana rokok di pandang sebagai aktivitas yang “Macho”, iklan rokok yang bertebaran baik itu media cetak, elektronik maupun melalui kegiatan kesenian dan olahraga.

Di dalam rokok terkandung ribuan zat kimia, yang terdiri dari golongan carbonyl (formaldehyde, acetaldehyde, acetone, acrolein, dll), phenolic, aromatic amine (o-toluidine, dll), hydrogen cyanide, volatile (benzene, butadiene, acrylonitrite, dll), nitrogen oksida, logam berat (nikel, cadmium, timah hitam, air raksa, arsenic, dll), Nitrosamine, polycyclic aromatic hydrocarbon, heterocyclic aromatic amine.

Gambar kandungan zat kimia dalam sebatang rokok yang sedang di hisap
Nikotin merupakan satu dari ribuan zat kimia yang terdapat dalam rokok adalah zat kimia yang mirip asetilkolin yang memang terdapat dalam tubuh yang hanya memerlukan 8 detik untuk mencapai otak yang selanjutnya otak akan mengeluarkan dopamin. Dopamin akan memberikan sensasi “kenikmatan” . Di dalam aliran darah sensasi “kenikmatan” dapat sampai 72 jam yang selanjutnya akan terjadi sindrom putus obat, sehingga akan terjadi kecanduan dan ketergantungan yang tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Usaha untuk berhenti merokok menjadi sulit bila kebiasaan merokok telah dimulai ketika pada usia muda.

Dari berbagai macam efek negatif rokok bagi kesehatan, nikotin dikenali berkontribusi terhadap kanker paru – paru, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, infertilitas pria dan juga terhadap terjadinya disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh rokok menurut penelitian Austoni et al pada tahun 2005 terhadap 16.724 subjek penelitian, yang didiagnosis menderita disfungsi ereksi 4.081 (24,4 %), menunjukkan odds ratio (OR) yang signifikan yaitu 1,4 antara perokok aktif 10 batang rokok per hari dengan mantan pecandu perokok.

Penelitian Universitas Tulane tahun 2007 dengan responden hampir 8000 orang yang berusia 35 sampai 37 tahun menunjukkan resiko pria yang merokok untuk kejadian disfungsi ereksi meningkat untuk setiap batang rokok yang dihisap. Perokok berat yang merokok lebih dari 20 batang per hari diketahui 60 persen beresiko menderita disfungsi ereksi lebih banyak daripada pria yang tidak merokok, dan hampir 23 persen kasus disfungsi ereksi pada pria Asia berasal dari kebiasaan merokok mereka.
Penis terdiri dari saraf, pembuluh darah, jaringan fibrous, dan tiga silinder yang parallel. Dua silinder besar yang disebut corpora kavernosa dan satu silider yang lebih kecil disebut korpus spongiosum.

Ereksi penis adalah peristiwa neurovaskuler yang dimodulasi oleh faktor psikologis dan status hormonal. Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai ketidaksanggupan lelaki untuk mencapai ereksi penis sebagai bagian dari suatu proses multifaset yang menyeluruh dari fungsi seks lelaki. Disfungsi ereksi akan mempengaruhi kepercayaan diri penderita, kualitas hidup dan hubungan dengan pasangan hidup. Kontribusi penting penelitian Massachusetts Male Aging Study (MMAS) yang berbasis komunitas dengan survey multi disiplin mengenai kesehatan dan aging pada pria. Dari total 1290 pria yang diteliti dengan umur 40 – 70 tahun, menderita disfungsi ereksi dengan rata- rata probabilitas 52.0 dan simpangan baku 1,3 %.

Toksisitas spesifik terhadap vaskulatur arteri penis, saraf dan jaringan kavernosus. Efek vaskular terjadi vasokonstriksi kuat dan menginduksi terjadinya lesi artherosclerotik arteri pudenda interna dan arteri dorsalis penis. Aliran darah dari arteri pudenda interna akan berkurang ke penis dengan adanya efek vasokonstriksi, penurunan Nitric Oxide (NO) yang merupakan mediator relaksasi otot polos penis, juga sekaligus terjadinya peningkatan outflow vena penis karena veno – occlusive dysfunction. Efek pada susunan saraf pusat karena berupa peningkatan dopamin dan penurunan serotonin yang dikeluarkan oleh otak.

Penelitian Lue et al mengenai hemodinamik ereksi dan bentuk gelombang Doppler pada mamalia menggunakan kavernosa dan teknik stimulasi saraf pudenda. Pada penis yang flaccid, arteriole dan sinusoid otot polos berkonstraksi. Selama fase filling, penurunan resistensi vakuler penis, terjadi peningkatan aliran darah melalui arteri pudenda dan kavernosa. Selama fase filling, resistensi sinusoid dan arteri rendah, bentuk gelombang Doppler khas dengan aliran forward flows yang tinggi selama sistole dan diastole.

Nitric Oxide (NO) yang diproduksi oleh sel – sel endothelial adalah endogenous vasodilator poten yang telah diketahui. Bekerja melalui cyclic guanosine 3’,5’-monophosphate (cGMP) – mediated mechanism. Dengan berat molekul yang rendah, sifat molekul lipofilik tinggi, NO dapat secara cepat berdifusi ke dalam sel disebelahnya. NO juga merupakan sel signaling effector yang poten dan molekul vasodilator dalam sistem kardiovaskuler. NO berperan penting modulasi vaskuler dan saraf otonom, thrombogenesis, inflamasi, stress oksidatif dan metabolism di hati dan vaskulatur, dalamotot dan jaringan saraf, di ginjal dan banyak jaringan lain.

Upaya menghentikan kecanduan rokok yang telah ada dapat dikategorikan dalam dua kelompok besar. Pertama dengan preparat terapi sulih nikotin berupa pemberian nikotin dengan kadar yang lebih rendah berupa patches, inhaler, dan gums, dan kelompok kedua dengan mengkonsumsi obat yang dapat menghentikan otak untuk menghilangkan respon nikotin.

Terapi sulih nikotin berupa patches, inhaler dan gums dapat diperoleh secara mudah, di jual bebas, tanpa resep. Mengandung kadar nikotin yang lebih rendah, diberikan setiap hari dengan tujuan untuk mengalihkan keinginan pecandu untuk merokok tanpa terjadi sindrom ketergantungan putus obat berat. Kadar nikotin yang diberikan akan di titer secara perlahan yang terus berkurang dari waktu ke waktu, sehingga ketergantungan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan yang pada suatu ketika diharapkan pecandu akan berhenti total. Terapi sulih nikotin memerlukan kepatuhan yang kuat dan memerlukan waktu yang sangat lama.

Produk lainnya, adalah pengobatan untuk menghentikan kecanduan rokok. Obat ini tidak tersedia over the counter (OTC), hanya dapat diperoleh melalui resep dokter. Varenicline tartrate ( Champix® ) dengan aktivitas dan selektivitas pada α4 β2 neuronal nicotinic acetylcholine receptors, yang bekerja secara parsial senyawa agonist– a pada kedua aktivitas agonist, dengan efikasi intrinsik yang lebih rendah daripada nikotin, dan aktivitas antagonist pada nikotin. Obat ini bekerja secara langsung di dalam otak untuk memblok reseptor nikotin yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan nikotin, sehingga otak tidak mempunyai lagi reaksi terhadap nikotin. Bila orang tersebut merokok lagi mereka tidak akan mendapat sensasi “kenikmatan” sebagaimana yang telah mereka peroleh sebelum menggunakan obat ini.

Penggunaan Varenicline cukup selama 12 minggu, dengan waktu yang relatif singkat dan biaya yang terencana bila telah berniat untuk berhenti dari kecanduan rokok. Terdiri dari starter pack yang diminum pada hari 1 - 3 dosis : 1 x 0,5 mg, hari 4 – 7 dosis : 2 x 0,5 mg, selanjutnya dosis 2 x 1 mg sampai akhir minggu ke 2, dan maintenance pack untuk minggu 3 – 12 yang diminum dengan dosis 2 x 1 mg. Dianjurkan untuk menjadwalkan tanggal berhenti merokok dan obat diminum 1-2 minggu sebelum tanggal berhenti merokok yang telah direncanakan.

Untuk berhenti merokok tidak ada kata ” terlambat”, Menurut American Cancer Society, sekitar setengah dari semua perokok yang tetap merokok akan meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan rokok. Usaha berhenti merokok “lebih cepat, lebih baik” . Respon fisik yang dapat diperoleh setelah berhenti merokok dari saat rokok terakhir adalah :
20 menit : Tekanan darah dan nadi kembali normal
8 jam : Kadar karbon monosida dan oksigen darah kembali normal
24 jam : Kemungkinan serangan jantung mulai menurun
48 jam : Ujung – ujung saraf mulai tumbuh, kemampuan pengecap dan penciuman meningkat
72 jam : Saluran bronchial relaksasi, paru – paru dapat terisi udara lebih banyak
2 minggu - 3 bulan : Sirkulasi meningkat, fungsi paru – paru meningkat sampai 30 persen
1 – 9 bulan : Penurunan untuk terjadinya batuk, sinusitis, kelelahan, silia saluran nafas tumbuh kembali, peningkatan kemampuan mucus dan kebersihan paru – paru, secara keseluruhan energy tubuh meningkat.
Jangka panjang : Setelah setahun, resiko kematian dari serangan jantung dan stroke menurun sampai 50 persen.