Disfungsi Ereksi

Kuisioner untuk menentukan apakah seorang pria mengalami disfungsi ereksi atau tidak,dan seberapa berat disfungsi ereksi tersebut.

ERECTILE DYSFUNCTION INTENSITY SCALE ( EDIS ) / IIEF-5







Penjumlahan skor diatas :
21-25 : Normal
16-20 : Disfungsi ereksi ringan
11-15 : Disfungsi ereksi sedang
5-10 : Disfungsi ereksi berat

Testosteron

Kuisioner yang telah dipakai dalam menentukan apakah pria diatas 40 tahun, mengalami keluhan-keluhan Andropause (PADAM), Adapun pertanyaannya adalah sebagai berikut :

  1. Apakah libido atau dorongan seksual anda menurun akhir-akhir ini ?

  2. Apakah anda merasa lemas atau kurang tenaga ?

  3. Apakah daya tahan & kekuatan fisik anda menurun ?

  4. Apakah tinggi badan anda berkurang ?

  5. Apakah anda merasakan kenikmatan hidup menurun ?

  6. Apakah anda sering merasa kesal atau cepat marah ?

  7. Apakah ereksi anda kurang kuat ?

  8. Apakah anda merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga ?

  9. Apakah anda sering mengantuk dan tertidur sesudah makan malam ?

  10. Apakah anda merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja ?

Jika jawaban no. 1 atau 7 adalah “ya” atau ada 3 jawaban “ya” selain nomor tersebut maka kemungkinan besar kadar testosteron menurun atau pria tersebut mengalami PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Men).

Morley, et al. Metabolism 2000;49:1239-1242


Andrologi

Kasus-kasus yang di tangani Andrologi dibagi dalam 5 kelompok besar, yaitu :
1. Infertilitas pria
2. Disfungsi ereksi
3. Hipogonadotropik hipogonadism
4. KB pria
5. Male aging

Ruang lingkup bidang Andrologi, meliputi :
1. Klinis
2. Laboratorium Andrologi
3. Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB)

Morfologi Spermatozoa


Bentuk Normal Sperma

Morfologi yang terlihat pada mikroskop bukanlah morfologi dari spermatozoon hidup, tetapi citra yang kita buat. Citra ini tergantung pada beberapa faktor, seperti : spermiogenesis, transport sperma, pematangan, aging, lamanya di plasma semen, teknik pengecatan, fiksasi, pewarnaan maupun kualitas mikroskop yang dipergunakan.















Pewarnaan dan pengecatan dengan kualitas tinggi sangat penting ketika melakukan morfologi sperma. Setiap spermatozoon tanpa ”cacat” secara morfologi adalah normal, diluar itu adalah abnormal.

Evaluasi yang dilakukan meliputi : kepala, midpiece, dan ekor pada 200 spermatozoa.


















Kriteria morfologi sperma disebut normal bila

  • Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron, lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.

  • Midpiece : langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.

  • Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.

Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :

  • Makro : 25 % > kepala normal

  • Mikro : 25 % < kepala normal

  • Taper : kurus, lebar kepala ½ yng normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu

  • Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”

  • Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom

  • Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom

  • Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor saja

  • Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah

  • Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda























Kembali ke kasus Sdr. Anang :

Morfologi berarti merujuk pada bentuk sperma yang telah dilakukan pengecatan. Batasan normal adalah > 30 % (WHO) bila kurang dari itu disebut teratozoospermia, atau dgn ”strict criteria” > 15 % (Kruger). Selain kuantitas (% yang normal) juga perlu diperhatikan kualitas (bentuk-bentuk kelainan yang ada)

Variasi parameter dasar analisa sperma manusia dari yang paling bervariatif adalah konsentrasi, motilitas dan yang terkecil adalah morfologi.

Adapun faktor yang mempengaruhi daripada perubahan morfologi adalah :

  • Fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis baik.

  • Gangguan pada epididymis, misalnya : radang, varikokel, dll akan terlihat banyak sel-sel immature.

  • Abstinentia seksualisnya kurang lama atau sering ejakulasi.


Penelitian Wibisono (1997) mendapatkan korelasi antara bentuk-bentuk kepala mikro, makro, taper, kelainan bentuk akrosom dan atau gabungannya berkaitan dengan adanya varikokel (salah satu penyebab infertilitas pada pria yang terbesar dan dapat dideteksi dan yg dapat diperbaiki).

Pria dengan konsentrasi sperma > 20 juta/ml, tetapi abnormal pada motilitas dan atau morfologi disebabkan oleh penyebab yang diketahui seperti : varikokel, infeksi kelenjar aksesori atau kogenital akan mempunyai kemungkinan kehamilan alami pada pasangan 40 % lebih rendah daripada penyebab yang tidak diketahui (idiopatik asteno- dan atau teratozoospermia).


Saran :

  • Lakukan pemeriksaan analisa sperma ulang pada laboratorium yang memiliki standarisasi dan kontrol mutu yang baik (laboratorium Andrologi yg dikontrol atau dirujuk oleh dokter spesialis Andrologi yang berpraktek di daerah saudara).

  • Lakukan abstinentia (tidak mengeluarkan sperma) 2 sampai 7 hari.

  • Hasil sperma analisa hanya petunjuk laboratoris, bukan petunjuk ke arah diagnostik klinik. Setelah ada hasil sperma analisa perlu dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter spesialis Andrologi untuk mengetahui penyebabnya, sehingga teratozoospermia yg saudara tanyakan dapat diperbaiki.


Referensi :

  • NAFA., 2002. Manual on Basic Semen Analysis. Hlm 19-20.

  • Schill, wolf-bernhard et al., 2006. Andrology for the Clinician. Springer. Hlm 41.

  • Sono, onny pieters., 1978. Diktat Kuliah Analysa Sperma. Biomedik FK Unair. Suarabaya. (unpublished). Hlm 13-14.

  • WHO., 1999. WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm- Cervical Mucus Interaction. Fourth Edition. Cambridge University Press. Hlm 19-22.

  • Wibisono, Herman., 2006. Evaluasi Infertilitas Pria Menuju Program FIV dalam Fertilisasi In Vitro dalam Praktek Klinik. Puspa Swara. Hlm 42.




Mikropenis


Mikropenis (= Micropenis)

Sudah sepantasnya bagi orang tua mencemaskan ukuran penis anak laki-lakinya. Masalah ini tidak dapat dipandang sebelah mata karena dapat menyebabkan peningkatkan kekhawatiran dan kecemasan bagi anak ketika telah dewasa.

Tidak sedikit pria yang merasa ukuran penisnya kecil atau tidak sesuai dengan harapan yang kemudian mengalami hambatan psikis hingga mengakibatkan gangguan ereksi. Hambatan psikis diawali berupa rasa rendah diri, rasa malu, kurang percaya diri dan sering menarik diri dari pergaulan dengan teman sebaya.

Pada saat pasangan wanitanya memberikan reaksi yang semakin membenarkan bahwa ukuran penisnya tidak sesuai dengan harapannya maka hambatan psikis yang terjadi akan semakin kuat.

Mikropenis adalah ukuran panjang penis kurang dari -2.5 SD untuk usia tanpa disertai kelainan struktural penis lain (misalnya hipospadia).

Standar pengukuran penis adalah Strecthed Penile Length (SPL). Panjang penis diukur dari basis penis sampai ujung glans, tanpa mengukur preputium. Basis penis didapatkan dengan menekan lemak suprapubik dengan menyandarkan penis pada sebuah penggaris yang kaku atau spatula kayu. Penggaris atau spatula kayu yang diletakkan pada bagian ventral penis secara vertikal, ditekan sampai teraba simpfisis pubis. Penis kemudian ditarik sejauh mungkin (stretched) secara vertical. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan reratanya digunakan sebagai hasil pengukuran panjang penis.











Hasil pengukuran panjang penis dalam keadaan flaccid sangat bervariasi, sehingga tidak dianjurkan, demikian pula pengukuran dalam keadaan ereksi. Setelah melakukan pengukuran penis perlu dievaluasi keadaan anatomis penis, skrotum dan testis.












Masalah ukuran penis sering terjadi pada anak yang mengalami kegemukan (sentral obesitas) yang terdiri dari "adipose tissue" yang banyak mengandung estradiol yang mengakibatkan feedback mechanism negatif (-) ke hipofise (LH) yang selanjutnya produksi testosteron oleh sel leydig akan menurun. Fungsi "adipocyte" sebagai sel endokrin yang memproduksi dan mensekresi "adipocytokines/adipokines" yang didominasi leptin, dimana reseptor leptin ada di sel leydig dan menginhibisi hipofise (LH) yang selanjutnya kadar testosteron akan menurun.

Bila ukuran penis dibawah rata-rata tapi ukuran penis belum -2,5 SD maka disebut PENIS KECIL, bila kurang dari -2,5 SD baru disebut MIKROPENIS.