Merokok Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Disfungsi Ereksi dan Upaya Menghentikan Kecanduan Rokok

Merokok telah menjadi masalah kesehatan global, pada tahun 2002, World Health Organization (WHO) memprediksi 10 juta batang rokok terjual setiap menit di seluruh dunia. Menurut Synovate Indonesia yang merupakan sebuah organisasi research marketing, ketika merokok menurun di seluruh dunia, kecuali di Indonesia justru meningkat. Dari data WHO tahun 1986, pria dewasa Indonesia yang merokok 53 persen, Survey Synovate tahun 2003 diketahui 60 persen pria dewasa Indonesia merokok, menjadikan Indonesia sebagai salah satu populasi perokok terbesar di dunia. Tingginya perokok di Indonesia tidak terlepas dari persepsi yang salah akan rokok, dimana rokok di pandang sebagai aktivitas yang “Macho”, iklan rokok yang bertebaran baik itu media cetak, elektronik maupun melalui kegiatan kesenian dan olahraga.

Di dalam rokok terkandung ribuan zat kimia, yang terdiri dari golongan carbonyl (formaldehyde, acetaldehyde, acetone, acrolein, dll), phenolic, aromatic amine (o-toluidine, dll), hydrogen cyanide, volatile (benzene, butadiene, acrylonitrite, dll), nitrogen oksida, logam berat (nikel, cadmium, timah hitam, air raksa, arsenic, dll), Nitrosamine, polycyclic aromatic hydrocarbon, heterocyclic aromatic amine.

Gambar kandungan zat kimia dalam sebatang rokok yang sedang di hisap
Nikotin merupakan satu dari ribuan zat kimia yang terdapat dalam rokok adalah zat kimia yang mirip asetilkolin yang memang terdapat dalam tubuh yang hanya memerlukan 8 detik untuk mencapai otak yang selanjutnya otak akan mengeluarkan dopamin. Dopamin akan memberikan sensasi “kenikmatan” . Di dalam aliran darah sensasi “kenikmatan” dapat sampai 72 jam yang selanjutnya akan terjadi sindrom putus obat, sehingga akan terjadi kecanduan dan ketergantungan yang tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Usaha untuk berhenti merokok menjadi sulit bila kebiasaan merokok telah dimulai ketika pada usia muda.

Dari berbagai macam efek negatif rokok bagi kesehatan, nikotin dikenali berkontribusi terhadap kanker paru – paru, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, infertilitas pria dan juga terhadap terjadinya disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh rokok menurut penelitian Austoni et al pada tahun 2005 terhadap 16.724 subjek penelitian, yang didiagnosis menderita disfungsi ereksi 4.081 (24,4 %), menunjukkan odds ratio (OR) yang signifikan yaitu 1,4 antara perokok aktif 10 batang rokok per hari dengan mantan pecandu perokok.

Penelitian Universitas Tulane tahun 2007 dengan responden hampir 8000 orang yang berusia 35 sampai 37 tahun menunjukkan resiko pria yang merokok untuk kejadian disfungsi ereksi meningkat untuk setiap batang rokok yang dihisap. Perokok berat yang merokok lebih dari 20 batang per hari diketahui 60 persen beresiko menderita disfungsi ereksi lebih banyak daripada pria yang tidak merokok, dan hampir 23 persen kasus disfungsi ereksi pada pria Asia berasal dari kebiasaan merokok mereka.
Penis terdiri dari saraf, pembuluh darah, jaringan fibrous, dan tiga silinder yang parallel. Dua silinder besar yang disebut corpora kavernosa dan satu silider yang lebih kecil disebut korpus spongiosum.

Ereksi penis adalah peristiwa neurovaskuler yang dimodulasi oleh faktor psikologis dan status hormonal. Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai ketidaksanggupan lelaki untuk mencapai ereksi penis sebagai bagian dari suatu proses multifaset yang menyeluruh dari fungsi seks lelaki. Disfungsi ereksi akan mempengaruhi kepercayaan diri penderita, kualitas hidup dan hubungan dengan pasangan hidup. Kontribusi penting penelitian Massachusetts Male Aging Study (MMAS) yang berbasis komunitas dengan survey multi disiplin mengenai kesehatan dan aging pada pria. Dari total 1290 pria yang diteliti dengan umur 40 – 70 tahun, menderita disfungsi ereksi dengan rata- rata probabilitas 52.0 dan simpangan baku 1,3 %.

Toksisitas spesifik terhadap vaskulatur arteri penis, saraf dan jaringan kavernosus. Efek vaskular terjadi vasokonstriksi kuat dan menginduksi terjadinya lesi artherosclerotik arteri pudenda interna dan arteri dorsalis penis. Aliran darah dari arteri pudenda interna akan berkurang ke penis dengan adanya efek vasokonstriksi, penurunan Nitric Oxide (NO) yang merupakan mediator relaksasi otot polos penis, juga sekaligus terjadinya peningkatan outflow vena penis karena veno – occlusive dysfunction. Efek pada susunan saraf pusat karena berupa peningkatan dopamin dan penurunan serotonin yang dikeluarkan oleh otak.

Penelitian Lue et al mengenai hemodinamik ereksi dan bentuk gelombang Doppler pada mamalia menggunakan kavernosa dan teknik stimulasi saraf pudenda. Pada penis yang flaccid, arteriole dan sinusoid otot polos berkonstraksi. Selama fase filling, penurunan resistensi vakuler penis, terjadi peningkatan aliran darah melalui arteri pudenda dan kavernosa. Selama fase filling, resistensi sinusoid dan arteri rendah, bentuk gelombang Doppler khas dengan aliran forward flows yang tinggi selama sistole dan diastole.

Nitric Oxide (NO) yang diproduksi oleh sel – sel endothelial adalah endogenous vasodilator poten yang telah diketahui. Bekerja melalui cyclic guanosine 3’,5’-monophosphate (cGMP) – mediated mechanism. Dengan berat molekul yang rendah, sifat molekul lipofilik tinggi, NO dapat secara cepat berdifusi ke dalam sel disebelahnya. NO juga merupakan sel signaling effector yang poten dan molekul vasodilator dalam sistem kardiovaskuler. NO berperan penting modulasi vaskuler dan saraf otonom, thrombogenesis, inflamasi, stress oksidatif dan metabolism di hati dan vaskulatur, dalamotot dan jaringan saraf, di ginjal dan banyak jaringan lain.

Upaya menghentikan kecanduan rokok yang telah ada dapat dikategorikan dalam dua kelompok besar. Pertama dengan preparat terapi sulih nikotin berupa pemberian nikotin dengan kadar yang lebih rendah berupa patches, inhaler, dan gums, dan kelompok kedua dengan mengkonsumsi obat yang dapat menghentikan otak untuk menghilangkan respon nikotin.

Terapi sulih nikotin berupa patches, inhaler dan gums dapat diperoleh secara mudah, di jual bebas, tanpa resep. Mengandung kadar nikotin yang lebih rendah, diberikan setiap hari dengan tujuan untuk mengalihkan keinginan pecandu untuk merokok tanpa terjadi sindrom ketergantungan putus obat berat. Kadar nikotin yang diberikan akan di titer secara perlahan yang terus berkurang dari waktu ke waktu, sehingga ketergantungan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan yang pada suatu ketika diharapkan pecandu akan berhenti total. Terapi sulih nikotin memerlukan kepatuhan yang kuat dan memerlukan waktu yang sangat lama.

Produk lainnya, adalah pengobatan untuk menghentikan kecanduan rokok. Obat ini tidak tersedia over the counter (OTC), hanya dapat diperoleh melalui resep dokter. Varenicline tartrate ( Champix® ) dengan aktivitas dan selektivitas pada α4 β2 neuronal nicotinic acetylcholine receptors, yang bekerja secara parsial senyawa agonist– a pada kedua aktivitas agonist, dengan efikasi intrinsik yang lebih rendah daripada nikotin, dan aktivitas antagonist pada nikotin. Obat ini bekerja secara langsung di dalam otak untuk memblok reseptor nikotin yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan nikotin, sehingga otak tidak mempunyai lagi reaksi terhadap nikotin. Bila orang tersebut merokok lagi mereka tidak akan mendapat sensasi “kenikmatan” sebagaimana yang telah mereka peroleh sebelum menggunakan obat ini.

Penggunaan Varenicline cukup selama 12 minggu, dengan waktu yang relatif singkat dan biaya yang terencana bila telah berniat untuk berhenti dari kecanduan rokok. Terdiri dari starter pack yang diminum pada hari 1 - 3 dosis : 1 x 0,5 mg, hari 4 – 7 dosis : 2 x 0,5 mg, selanjutnya dosis 2 x 1 mg sampai akhir minggu ke 2, dan maintenance pack untuk minggu 3 – 12 yang diminum dengan dosis 2 x 1 mg. Dianjurkan untuk menjadwalkan tanggal berhenti merokok dan obat diminum 1-2 minggu sebelum tanggal berhenti merokok yang telah direncanakan.

Untuk berhenti merokok tidak ada kata ” terlambat”, Menurut American Cancer Society, sekitar setengah dari semua perokok yang tetap merokok akan meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan rokok. Usaha berhenti merokok “lebih cepat, lebih baik” . Respon fisik yang dapat diperoleh setelah berhenti merokok dari saat rokok terakhir adalah :
20 menit : Tekanan darah dan nadi kembali normal
8 jam : Kadar karbon monosida dan oksigen darah kembali normal
24 jam : Kemungkinan serangan jantung mulai menurun
48 jam : Ujung – ujung saraf mulai tumbuh, kemampuan pengecap dan penciuman meningkat
72 jam : Saluran bronchial relaksasi, paru – paru dapat terisi udara lebih banyak
2 minggu - 3 bulan : Sirkulasi meningkat, fungsi paru – paru meningkat sampai 30 persen
1 – 9 bulan : Penurunan untuk terjadinya batuk, sinusitis, kelelahan, silia saluran nafas tumbuh kembali, peningkatan kemampuan mucus dan kebersihan paru – paru, secara keseluruhan energy tubuh meningkat.
Jangka panjang : Setelah setahun, resiko kematian dari serangan jantung dan stroke menurun sampai 50 persen.