Kadar Growth Hormone (GH)




Prevalensi PE dan ED

Insiden disfungsi ereksi menurut penelitian The Massachusetts Male Ageing Study (MMAS) menunjukkan 52 % responden usia 40-70 tahun menderita disfungsi ereksi dengan berbagai tingkat. Diperkirakan di seluruh dunia lebih dari 152 juta pria mengalami disfungsi ereksi pada tahun 1995.
Diduga sekitar 10 – 15 persen pria Indonesia yang sudah menikah mengalami disfungsi ereksi, semakin bertambah umur insiden disfungsi ereksi semakin meningkat.


Sperm Aglutination
















Penyebab Disfungsi Ereksi

Beberapa contoh gangguan atau penyakit yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi :
a. Genetik / herediter, seperti dapat terjadi pada sindroma Klinifelter.
b. Hormonal, misalnya pada kekurangan hormon testosteron (hipogonadisme).
c. Penyakit yang melatarbelakangi, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), arterosklerosis, kolesterol / trigliserida yang tinggi (dislipidemia), kencing manis (diabetes mellitus), sindroma metabolik, gagal ginjal kronis, dll.
d. Kelainan jaringan penis : Peyronie.
e. Gaya hidup, seperti konsumsi alkohol berlebihan, kurang berolahraga, merokok, narkoba, berat badan berlebih (obese).



Tinggi Badan

Bagi pria, badan yang tinggi menggambarkan kejantanan, percaya diri, dan kekuasaan.

Namun,jika tinggi badan belum mencapai yang diinginkan. Bagaimana bila kita ingin mempunyai badan yang lebih tinggi lagi?
Perlu kita ingat bahwa pertumbuhan tinggi maksimal terjadi pada saat growth hormone (GH) diproduksi paling banyak yaitu saat pubertas dan pertumbuhan ini akan berlangsung sampai 2-3 tahun setelahnya.
Pada wanita pertumbuhan berhenti pada usia 18 tahun dan pada pria berhenti pada usia 21 tahun. Makin cepat pubertas seseorang maka akan makin cepat pertumbuhan itu terhenti. Setelah periode pertumbuhan berakhir maka pertumbuhan tinggi akan terhenti dan tulang-tulang akan menyatu, serta tulang rawan akan terkalsifikasi. Selain itu juga harus diingat bahwa pertumbuhan tinggi nya seseorang dipengaruhi oleh faktor geneti, asupan gizi, dan latihan yang dilakukan.

Apa yang dapat dilakukan bila telah melewati masa remaja dan ingin bertambah tinggi?
Terdapat beberapa cara yang sekarang ini menjadi pilihan yaitu dengan cara olahraga untuk meningkatkan flesibilitas dari tubuh, meregangkan tulang belakang, dan memeperbaiki postur. Nutrisi tambahan seperti vitamin dan terapi hormon juga sekarang menjadi pilihan lainnya.

















Sumber: www.psychologytoday.com

Diabetes Mellitus

IDF Consensus Group (Berlin, 2005) memberikan pedoman untuk sindrom metabolik, yaitu :

Obesitas sentral : Lingkar pinggang > 90 cm.
Ditambah 2 dari :
- Peningkatan trigliserida : ≥ 1.7 mmol/L (≥ 150 mg/dl)
- Penurunan kolesterol HDL : < 1.03 mmol/L (< 40 mg/dl)
- Peningkatan tekanan darah : sistolik ≥ 130 mmHg, diastolik ≥ 85 mmHg
- Peningkatan glukosa darah puasa (FPG) : ≥ 5.6 mmol/L (≥ 100 mg/dl) atau type 2 diabetes




















FPG = Fasting Plasma Glucose
OGTT = Oral Glucose Tolerance Test

      Diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stres, depresi, dll adalah penyakit yang umumnya mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan disfungsi ereksi (ED).
      Terjadinya diabetes ketika tubuh tidak secara  efektif mengontrol jumlah kandungan gula di dalam darah, sehingga konsentrasi gula  dalam darah meningkat.  Seiring dengan waktu, konsentrasi gula yang tinggi ini dapat merusak saraf dan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis pada saat pria ereksi.
       Kasus disfungsi ereksi pada diabetes meningkat seiring umur tapi bisa juga meningkat karena alasan lain seperti durasi diabetes dan kontrol glikemik yang tidak baik. Pria yang menderita diabetes tiga kali lebih besar kemungkinan mengalami gangguan disfungsi ereksi dibandingkan yang tidak.
      Berat badan berlebih, kurang berolahraga, riwayat penyakit diabetes dalam keluarga perlu dilakukan deteksi dini sebelum kondisi itu terjadi.

Waspada Sindrom Andropause

TANGERANG, WARTA – Sabtu (29/10/2011), RS Awal Bros Tangerang menggelar seminar kesehatan gratis yang mengupas Andropause. Hadir sebagai pembicara yakni Dr Anton Darsono Wongso, SpAnd.





Diterangkan Dr Anton, andropause adalah sindrom pada laki-laki lanjut usia yang disebabkan menurunnya kadar testosterone. Kadar testosterone akan menurun secara perlahan dengan bertambahnya usia yang dimulai kira-kira pada usia 40 tahunan (proses aging) atau karena sebab-sebab lain.
Andropause ini bisa menurunkan gairah seksual (libido), menurunnya kekuatan dan masa otot, osteoporosis, konsentrasi dan daya ingat. Serta meningkatnya lemak tubuh di perut, perasaan kelelahan dan depresi.



Leukospermia

Leukospermia (= lekositospermia / lekospermia) bila lekosit > 1 juta /ml. Sebagian besar lekosit yang terdapat dalam semen (= ejakulat / air mani) manusia berupa netrofil.
Pemeriksaan dan perhitungan lekosit ini penting karena merupakan petanda adanya infeksi saluran reproduksi pria (MAGI = male accessories glands infection) yang memerlukan terapi.
Dalam kasus terjadinya leukospermia, dihubungkan dengan perubahan parameter semen yaitu berkurangnya volume, penurunan konsentrasi sperma, penurunan motilitas (gerak) sperma peningkatan abnormalitas morfologi (bentuk normal) sperma, sampai hilangnya fungsi sperma. Penurunan diatas disebabkan oleh ROS yang meningkat serta sekresi sitokin yang sitotoksik.
Pengaruh leukospermia dalam praktek sehari-hari adalah terjadinya infertilitas pria dan faktor penyebab pada gangguan ejakulasi yaitu terjadinya ejakulasi premature (dini).


Seminar Awam Andropause & Pencegahan Infertilitas

Rapid Sperm Staining





Kondom & Kehamilan

Kondom adalah salah satu kontrasepsi dapat terbuat dari karet (latex) atau non latex (dibuat dari bahan polyurethane, biasanya dipakai oleh pasangan yang allergi dengan bahan latex dan juga dibuat khusus untuk koleksi air mani bagi pria yang kesulitan dalam mengambil sampel air mani untuk analisis sperma / preparasi sperma dengan cara masturbasi). Kondom banyak tersedia untuk pria, tapi ada juga untuk wanita dengan tujuan utama berfungsi sebagai “barrier” agar tidak terjadi kehamilan.

Kondom untuk pria, berbentuk tabung yang tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tetutup rapat serta dilengkapi penampung air mani / semen. Bahan pembuat, ketebalan, dan rasa juga bervariasi, selain daripada itu perlu diketahui apakah ditambahkan spermatisid atau tidak. Penambahan spermatisid berfungsi untuk mematikan sperma bila terjadi kontak dengan bahan spermatisid yang ditambahkan di kondom. Bahan latex (karet) diketahui juga bersifat spermatoksik yaitu bersifat mematikan sperma.

Penggunaan kondom di Indonesia sebagai metode KB masih sangat rendah yaitu sekitar 0,7% dari peserta KB yang ada. Rendahnya kesadaran menggunakan kondom ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah citra negatif yang melekat pada kondom.

Tingkat keberhasilan kondom adalah 80 sampai 95 persen. Jadi, masih ada 5 - 20 persen pasangan dapat hamil dengan penggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya kondom harus disimpan dan dipasang dengan baik dan benar.

Menjaga Kesehatan = Menjaga Kesuburan & Fungsi Seksual

Kesehatan yang baik erat hubungannya dengan kesuburan dan kesehatan seksual. Misalnya diit makanan sehat dan berolahraga yang teratur akan memberikan berat badan ideal, yang baik untuk menjaga kesuburan dan fungsi seksual pria. Sebagai contoh : penimbunan lemak tubuh khususnya di bagian perut (abdominal obesity) dapat mengurangi kadar hormon testosteron yang berperan penting dalam spermatogenesis (produksi sperma) dan gairah seksual (libido).
Penelitian Bacon dkk, 2006 menunjukkan pria dengan obesitas dibagian perut ≥ 90 % mengalami gangguan ereksi dibandingkan hanya ≤ 30 % pria dengan berat badan ideal.
Menghindari penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol dan rokok juga berkontribusi dalam menjaga kesuburan dan fungsi seksual.
- Kokain dapat menekan sekresi hormon LH (Leutinizing Hormone) dan testosteron dengan mekanisme aktivasi sentral opiatergic menyebabkan inhibisi hypothalamic gonadotropin releasing hormone (Cicero dkk, 1974), gangguan ereksi dan menginhibisi orgasme.
- Ekstasi pada dosis tinggi dan pemakaian dalam jangka waktu lama dapat menginhibisi orgasme dan penurunan ereksi.
- Barbiturat (Diazepam, dll) menyebabkan peningkatan metabolisme hormon testosteron, penurunan gairah seksual, gangguan ereksi dan orgasme akan diperlambat.
- Alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka waktu lama mempunyai efek ganda pada sistem reproduksi pria secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung akan menyebabkan toksisitas testis irreversible (ukuran testis akan mengecil), penurunan kadar hormon reproduksi, merusak saraf dan secara tidak langsung menyebabkan kerusakan hati dan malnutrisi.
- Rokok dapat berefek terhadap pembuluh darah kecil di penis, penurunan frekwensi dan lamanya ereksi (Mannino dkk, 1994). Pria perokok mempunyai resiko 5 kali lebih besar mengalami kesulitan ereksi daripada pria bukan perokok (Manecke & Mulhall, 1999). Kandungan acrolein dalam rokok paling berefek terhadap spermatogenesis dan fungsi sperma untuk terjadinya kemandulan / infertilitas pada pria (Stillman dkk, 1986).

Timetable Hormone Replacement Therapy

Uji MAR (Mixed Antiglobulin Reaction)

Bila ada perkiraan reaksi antibodi antisperma (ASA). Beberapa pria (atau istri) memiliki antibodi melawan sperma yang membuat tidak bergerak atau mematikan sperma untuk bergerak ke sel telur. Uji MAR dapat dilakukan dengan cepat untuk mendeteksi antibodi antisperma dalam semen.

Antibodi anti sperma (ASA) diproduksi ketika blood barrier testis terganggu oleh obstruksi, infeksi atau trauma. Immunoglobulin IgG biasanya ada di dalam serum dan semen, dan antibodi IgG melekat pada spermatozoa. ASA dari IgA disekresikan oleh kelenjar aksesori seks pria dan ditemukan hanya dalam semen saja. ASA dari kelas IgG dapat dideteksi dalam plasma semen, namun biasanya tidak ada IgA bebas dalam plasma semen. Antibodi anti sperma Anti IgA hampir tidak pernah terjadi tanpa antibodi IgG.
Dalam kasus lebih dari 40% dari spermatozoa motil ASA terdeteksi dengan pengujian IgG, sehingga IgA dianjurkan untuk uji antibodi.
Faktor immunologis merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya infertilitas.

Uji HBA (Hyaluronan Binding Assay)

Hyaluronidase adalah salah satu enzim yang terdapat dalam akrosom kepala spermatozoa yang berfungsi dalam reaksi akrosom yang terjadi pada zona pellusida setelah terjadinya ikatan dengan spermatozoa.



HBA merupakan salah satu teknik untuk mengukur keadaan akrosom spermatozoa. Hasil HBA normal > 80 % spermatozoa terikat.

Uji Fragmentasi DNA

Merupakan pemeriksaan untuk menilai integritas nukleus DNA spermatozoa, dan kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Pria dengan fragmentasi DNA makin tinggi (halo kecil / tidak ada) kemungkinan terjadi infertilitas makin besar.

Pentingnya dilakukan uji fragmentasi DNA adalah bagi penderita infertilitas dengan :

- Infertilitas pria diatas 1 tahun
- Umur pria > 40 tahun
- Pria perokok
- Riwayat penggunaan narkoba
- Infeksi genitourinaria, leukospermia
- Penderita varikokel
- Terpapar zat toksik (alkohol, kimia, radioaktif, suhu tinggi)
- Sebelum menjalani reproduksi berbantu (insem/bayi tabung)
- Riwayat pasangan (isteri) mengalami keguguran sebelumnya



Halo yang terbentuk di sekitar kepala sperma akibat dekondensasi kromatin karena denaturasi oleh asam sedang pada DNA dan terjadinya lysis ikatan protamine pada sperma dengan DNA utuh, bila DNA sperma rusak / tidak utuh maka tidak terbentuk halo disekitar kepala sperma (gambar no 3, 4 dan 5).



Pada pria perokok dapat terjadi:
- Disfungsi ereksi, yang reversibel bila berhenti merokok
- Perubahan parameter spermiogram, seperti:
gangguan motilitas spermatozoa, penurunan jumlah dan vitalitas spermatozoa, peningkatan signifikan terjadinya kelainan kromosom, terjadi peningkatan kejadian teratozoospermia terutama pada bagian kepala sperma terkait dengan perubahan dalam nukleus.
- Fragmentasi DNA sperma telah dibuktikan pada pria perokok, perubahan ini terkait dengan oksidatif stress nukleus sebagai akibat dari merokok.

Semua efek merokok tembakau telah mengakibatkan peningkatan kejadian infertilitas dalam usaha mendapatkan kehamilan.



Semen Collection Pack


Kondom yang dibuat khusus bagi penampungan sampel semen untuk pemeriksaan analisa sperma dan reproduksi berbantu agar sampel yang ada dapat dikeluarkan secara lengkap untuk mencerminkan tingkat kesuburan sebenarnya, menghindari kesulitan untuk masturbasi, memberikan kenyamanan pria dalam mengeluarkan semen.
Terbuat dari polyurethane, kuat, dan yang terpenting adalah tidak toksik untuk sperma. Memberikan perbedaan signifikan dengan kondom berbahan latex yang dapat mematikan sperma.
Dilengkapi dengan pelumas khusus, corong, tabung, gunting dan rak kertas.





Erection Hardness Score (EHS)

Growth Hormone Deficiency & Tinggi Badan

Defisiensi Hormon Pertumbuhan atau Growth Hormone Deficiency (GHD)terjadi ketika tubuh seorang anak tidak membuat hormon perkembangan yang cukup dengan sendirinya. Hormon pertumbuhan membantu anak-anak untuk tumbuh tinggi. GH dibuat oleh kelenjar hipofisis, sebuah kelenjar kecil di otak. Salah satu tanda yang jelas dari GHD adalah terlihat perlambatan pertumbuhan. Antara usia dua dan pubertas, anak-anak dengan GHD mungkin tumbuh kurang dari dua inchi per tahun, terlihat lebih muda (dibandingkan dengan usia dan jenis kelamin sama).

- Idiopathic Short Stature (ISS)
ISS menggambarkan gangguan pertumbuhan anak-anak tanpa diketahui penyebabnya. Anak-anak dengan ISS lebih pendek dari 98,8% dari anak-anak lain. Perlu pemeriksaan darah lengkap, fisik dan tes urin untuk membantu menyingkirkan gangguan lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Jika tidak ada penyebab lain kegagalan pertumbuhan dapat ditemukan, seorang anak dikatakan telah ISS dan dapat manfaat dari terapi GH.

- Prader-Willi Syndrome (PWS)
PWS adalah kelainan genetik yang kompleks yang disebabkan oleh perubahan dalam gen tertentu. Hal ini jarang diwariskan, terjadi ketika janin. PWS memiliki berbagai tanda, termasuk masalah kelemahan dan makan pada masa bayi, perawakan pendek, tangan dan kaki kecil, perkembangan seksual yang tidak lengkap dan masalah penglihatan.

-GHD di Usia Dewasa
Bahkan setelah kita selesai tumbuh, hormon pertumbuhan membantu dalam banyak fungsi tubuh. Pada beberapa orang dewasa, tubuh mereka tidak cukup membuat GH, sehingga perlu suplementasi GH.
Tanda-tanda dan gejala GHD di usia dewasa meliputi peningkatan lemak tubuh, terutama di perut, massa otot menurun, penurunan kekuatan tulang dan penurunan energi.

Sindroma Defisiensi Testosteron

Dasar diagnosis sindroma defisiensi testosteron berdasarkan anamnesis (wawancara secara sistematis mengenai gejala), pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang laboratorium dengan mengukur kadar testosteron.

Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan untuk ekplorasi tanda-tanda atau gejala – gejala yang mungkin dialami pasien yang mungkin mengalami defisiensi testosteron. Gejala utama yang berhubungan dengan gairah seks (libido rendah) dan fungsi ereksi, selain pertanyaan tentang berbagai gejala lainnya.

Karena banyak gejala-gejala ini belum tentu hanya karena hanya kadar testosteron rendah, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang dengan melakukan tes darah untuk mengukur kadar testosteron dan tes darah lainnya untuk menunjang diagnosis.

Pemeriksaan Fisis :
- Umum (mengukur tekanan darah, mengukur lingkar perut & WHR)
- Andrologis (karakteristik seksual sekunder, testis)













Tes darah :
Darah biasanya akan diambil di pagi hari (7:00-11:00) ketika testosteron dalam darah pada irama circadian pada kadar tertinggi.




Waist-to-hip ratio (WHR)

Rasio pinggang-pinggul (WHR) merupakan proporsi lemak yang tersimpan pada tubuh Anda di pinggang dan pinggul.

Kebanyakan lemak tubuh tersimpan dalam dua cara yang berbeda :
1. Di bagian tengah perut (bentuk apel).
2. Sekitar pinggul (bentuk pir).

Bagi kebanyakan orang, bentuk apel atau membawa beban tambahan di tengah menempatkan mereka pada risiko kesehatan lebih tinggi daripada membawa beban tambahan di pinggul atau paha atau bentuk pir. Perlu diingat bahwa ini hanyalah salah satu penilaian yang digunakan dalam mengukur risiko kesehatan secara keseluruhan. Obesitas Secara keseluruhan, bagaimanapun, masih risiko lebih besar dari mana lemak disimpan pada tubuh. Pengukuran penting lainnya selain Pinggang Hip Ratio adalah Body Mass Index (BMI) dan persentase lemak tubuh.

Cara mengukur :
- Ukur pinggang melewati bagian pusar.
- Ukur pinggul melewati ujung tulang pinggul.



Waist–to-Hip Ratio direkomendasikan 0,95 atau kurang.

Video Kadar FSH Tinggi

Video Produksi Testosteron

Optimalisasi Preparasi Sperma

Ada beberapa metode untuk melakukan preparasi sperma. Metode preparasi sperma yang dapat dilakukan dalam program TRB adalah :
1. Simple sperm washing
2. Swim-up
3. Density gradient
4. Side Migration
5. Preparasi sperma dengan albumin
6. Penambahan zat – zat adiktif
7. Kombinasi dari metode-metode diatas

Dokter Spesialis Andrologi akan menentukan satu atau kombinasi metode - metode yang ada berdasarkan pada karakteristik hasil pemantauan dari pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya.

Komponen medium untuk preparasi sperma biasanya terdiri dari : Air (H2O), Calcium Chloride (CaCl2.2H2O), Potassium Chloride (KCl), Glucose monohydrate, Magnesium Sulphate (MgSO4.7H2O), mono-Potassium hydrogen Phosphate (KH2PO4.2H2O), Sodium Chloride (NaCl), Sodium Bicarbonate (NaHCO3, dibutuhkan untuk kapasitasi spermatozoa), Sodium Lactate (Na-lactate), Sodium pyruvate (Na-pyruvate), HEPES (salah satu buffer yang dipergunakan dalam medium kultur agar pH 7.2 - 7.4), Human Serum Albumin (HSA, sebagai sumber protein), Phenol red (indikator pH), Silane-coated colloid silica particles (khusus pada medium density gradient dengan berbagai konsentrasi 40 % - 90 %), sering juga ditambahkan antibiotik gentamicin, penicillin atau streptomicin grade farmasi. Osmolaritas dipertahankan dikisaran 280 ± 5 % (mOsm/Kg) dan medium harus di simpan dalam lemari dengan temperatur yang stabil antara 2 sampai 8 oC agar dapat dipakai sampai berakhirnya lifetime yang berkisar antara 6 minggu sampai 12 bulan dari tanggal produksi.



















Dalam menjaga kualitas hasil preparasi sperma, selain menggunakan medium preparasi sperma impor bersertifikat, preparasi sperma dilakukan dalam lemari khusus (Andrology Air) dengan filter HEPA yang memiliki efisiensi 99,993 % untuk menyaring ukuran partikel ≥ 0.3 µm, bahan plastik khusus (steril, pyrogen / endotoksin free, DNA free, RNAse-free, tanpa komponen karet agar tidak toksik bagi spermatozoa), alat - alat hanya dipakai sekali saja (disposable), penggunakan sarung tangan powder free.

Preparasi Sperma Untuk Insem

Sebelum spermatozoa ditempatkan ke dalam rahim wanita, pertama kali harus dilakukan preparasi (di cuci) setelah adanya likuifaksi sempurna untuk memisahkan dari plasma semen dan kontaminan lain serta diberikan medium untuk ‘nutrisi’ spermatozoa. Ketika seorang pria berejakulasi, cairan yang dipancarkan terdiri dari dua komponen utama: plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen mengandung berbagai jenis nutrisi, hormon dan bahan kimia. Satu kelompok bahan kimia dalam tertentu dapat menyebabkan masalah dan dikenal sebagai prostaglandin.
Prostaglandin bertanggung jawab untuk berbagai fungsi tubuh. Jika tingkat tinggi jenis tertentu prostaglandin ditempatkan langsung ke dalam rahim, maka dapat menyebabkan nyeri pada seorang wanita. Gejala penyerapan prostaglandin selama insem adalah mual - muntah, demam, diare dan kram sampai shock anafilaktik. Gejala biasanya dimulai dalam beberapa menit setelah insem.
Pemisahan spermatozoa dari plasma semen, dikenal dengan istilah preparasi sperma / sperm washing.

Courtesy Youtube

Tujuan preparasi sperma:
- memisahkan spermatozoa dari plasma semen.
- memisahkan spermatozoa dari kontaminan seperti lekosit, spermatozoa yang immotile, immature atau ada defek bentuk.
- menyediakan spermatozoa motilitas progressive dalam jumlah yang cukup.
- kapasitasi spermatozoa motil.

Klinik Andrologi dr. Anton Darsono Wongso, SpAnd

Sperma



















Kriteria morfologi sperma disebut normal bila

  • Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron, lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.

  • Midpiece : langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.

  • Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.

Erection Hardness Score

Untuk mengetahui kekerasan ereksi dipakai tool yang disebut “Erection Hardness Score” (EHS) dari Dr. Goldman. Yang lebih sederhana daripada kuisioner IIEF dalam mendiagnosa disfungsi ereksi. EHS adalah diagram mengenai kualitas kekerasan ereksi yang terdiri dari grade 1 sampai 4.



  • EHS grade 1 = penis membesar, namun tidak keras.
  • EHS grade 2 = penis keras, namun tidak cukup untuk ereksi.
  • EHS grade 3 = penis cukup keras untuk penetrasi, namun tidak maksimal (sub-optimal).
  • EHS grade 4 = penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya (optimal).




Aglutinasi Sperma

Strategi Penanganan Infertilitas Pria

Secara garis besar penanganan infertilitas pada pria meliputi :
1. Terapi konvensional
2. Teknologi reproduksi berbantu

1. Terapi konvensional meliputi : modifikasi gaya hidup, pengobatan kausal, empiris, bedah, konseling.

a. Konseling :
- Menurunkan berat badan
- Menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, obat-obatan
- Menghindari terpapar suhu tinggi (sauna, celana ”double”)
- Menghindari zat-zat toksik (pestisida, logam berat)
- Konsumsi makanan bergizi (gizi seimbang)
- Waktu koitus
- Faktor wanita

b. Terapi Kausal :
- Penyakit sistemik
- Infeksi (MAGI)
- Endokrinopati (hormonal)
- Disfungsi ereksi
- Ejakulasi retrograd
- Reaksi imunologik antibodi antisperma

c.Terapi Empiris
- Stimulasi spermatogenesis
- Stimulasi metabolisme sperma
- Meningkatkan fungsi epididymis
- Meningkatkan transportasi sperma

d. Bedah
- Vasoligasi tinggi untuk varikokel
- Vaso-vasostomi untuk penyambungan kembali vas deferens pasca vasektomi
- Epididymo-vasostomi untuk penyambungan epididymis dan vas deferens pada kasus obstruksi di epididymis.
- TURED bila terjadi obstruksi di duktus ejakulatorius.

2. Teknologi Reproduksi Berbantu
Bila dengan terapi konvensional pasutri tersebut belum juga memiliki anak, maka teknologi reproduksi berbantu merupakan pilihan yang tepat. Teknologi Reproduksi berbantu adalah penanganan terhadap gamet (ovum, sperma), atau embrio (konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan dil uar cara alami.



















Terbagi dua kelompok besar, yaitu : Intra-Corporeal dan Extra-Corporeal. Intra Corporeal dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Inseminasi ( IUI = Intra Uterine Insemination) dan Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT), sedangkan yang Extra-Corporeal dapat dibagi 4, yaitu : Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT), Tuba Embrio Transfer (TET), In Vitro Fertilization (IVF) dan Assisted fertilization : Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI).



















Hendaknya pelayanan yang diberikan kepada pasangan yang mengalami infertilitas meliputi :
1. Mengedukasi penyebab dan pencegahan infertilitas.
2. Memberikan arahan tes diagnostik yang akan dijalani.
3. Memberikan informasi pilihan pengobatan yang tersedia.
4. Menyediakan konseling dan memberikan dukungan psikologis.

Andropause

Andropause (= Sindroma Kekurangan Testosteron)

Sindroma klinik pada laki-laki usia lanjut yang disebabkan menurunnya kadar testosteron, karena menurunnya fungsi poros hipothalamus – hipofisis - gonad.
Testosteron sebagian besar diproduksi oleh testis dan dikendalikan oleh salah satu bagian di otak (hipotalamus dan hipofisis).

Kadar testosteron akan menurun secara perlahan dengan bertambahnya usia, yang dimulai kira – kira pada usia 40 tahunan (proses aging) atau karena sebab - sebab lain :
1. Penurunan gairah seksual ( libido )
2. Menurunnya kekuatan dan massa otot
3. Osteopenia – osteoporosis
4. Konsentrasi dan daya ingat yang menurun
5. Meningkatnya lemak tubuh ( viscera fat – perut membesar)
6. Perasaan kelelahan dan depresi.


Testosteron merupakan hormon seks yang penting untuk perkembangan alat reproduksi dan fungsi seksual sejak dalam kandungan, pubertas, sampai usia tua.
Bila kekurangan testosteron terjadi sebelum pubertas :
1. Testis, phallus dan prostat kecil
2. Rambut pubis dan ketiak, jarang atau tidak ada.
3. Panjang lengan dan tungkai tidak proporsional (penutupan epifiseal terlambat)
4. Pengurangan massa otot
5. Suara pitch tinggi yang menetap
6. Pembesaran payudara
7. Proses spermatogenesis terganggu

Penyebab kekurangan testosteron
- Genetik : kallmann’s, klinifelter’s
- Kerusakan testis : infeksi,trauma, obat-obatan, kimia, radioterapi
- Penyebab organik: diabetes mellitus, sirosis hepatis, gagal ginjal
- Aging (penuaan)

Kuisioner yang telah dipakai dalam menentukan apakah pria diatas 40 tahun, mengalami keluhan-keluhan Andropause (PADAM) :
1. Apakah libido atau dorongan seksual anda menurun akhir-akhir ini ?
2. Apakah anda merasa lemas atau kurang tenaga ?
3. Apakah daya tahan & kekuatan fisik anda menurun ?
4. Apakah tinggi badan anda berkurang ?
5. Apakah anda merasakan kenikmatan hidup menurun ?
6. Apakah anda sering merasa kesal atau cepat marah ?
7. Apakah ereksi anda kurang kuat ?
8. Apakah anda merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga ?
9. Apakah anda sering mengantuk dan tertidur sesudah makan malam ?
10. Apakah anda merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja ?

Jika jawaban no. 1 dan 7 adalah “ya” atau ada 3 jawaban “ya” selain nomor tersebut maka kemungkinan besar kadar testosteron menurun atau pria tersebut mengalami PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Men).

Testosteron diberikan bila ada keluhan, gejala klinis kekurangan testosteron dan pada pemeriksaan ditemukan kadar testosteron yang rendah.
Tujuan pengobatan :
- Mengembalikan parameter testosteron pada kadar normal menengah
- Meningkatkan massa, kekuatan, dan fungsi otot
- Mempertahankan bone mineral density dan menurunkan resiko patah tulang
- Meningkatkan kognisi dan mood
- Meningkatkan fungsi psikoseksual.

Mekanisme Kontrol Ejakulasi

Ejakulasi
Ejakulasi diinduksi oleh kontraksi ritmik ischiokavernosus dan terutama otot bulbocavernosus yang mengeluarkan semen melalui lumen urethra.

Fisiologi ejakulasi dijelaskan melalui neurofisiologi dan neurofarmakologi ejakulasi.
1. Neurofisiologi ejakulasi
Sistem saraf pusat dan perifer terlibat dalam proses ejakulasi.
a.Sistem saraf pusat.
Otak, batang otak dan lumbosakral cord mengandung beberapa area yang terlibat dalam ejakulasi.
b. Sistem saraf perifer
Sistem saraf otonom, termasuk sistem saraf simpatis memediasi terjadinya ejakulasi. Mekanisme ereksi dibagi 2 fase : emisi dan ekspulsi.
1). Emisi
Emisi dikontrol oleh eferen simpatetik yang berasal dari T9-L2 .
Selama emisi, semen (sperma dan plasma seminalis) disimpan ke dalam urethra posterior melalui konstraksi vasa diferentia, vesika seminalis dan prostat. Pada saat yang bersamaan, spincter internal kandung kemih tertutup.
2). Ekspulsi (atau ejakulasi sejati)
Emisi diikuti segera oleh ekspulsi. Selama ekspulsi, semen secara dikeluarkan dengan kekuatan penuh ke dalam urethra dan keluar penis oleh kontraksi klonik otot dasar panggul.


















2. Neurofarmakologi ejakulasi
Ejakulasi secara sentral dimediasi oleh serotonergik (5-hydroxytryptamine; 5-HT) dan sistem dopaminergik. Pada hewan percobaan secara jelas diterangkan bahwa aktivasi reseptor 5-HT1A menfasilitasi ejakulasi, pada penelitian lain terlibat reseptor 5-HT2C dan 5-HT1B.

Anatomi Reproduksi Pria

Teratozoospermia

Bentuk Spermatozoa
Dilakukan pengecatan dengan membuat hapusan satu tetes semen diatas gelas objek, lalu di tunggu sampai kering. Selanjutnya dilakukan fiksasi dengan menggunakan methanol selama 5 menit. Setelah kering objek gelas dicelupkan ke dalam larutan safranin selama 5 menit. Kemudian dibilas dengan cara rendam - celup ke dalam larutan buffer fosfat dengan pH 6,8 sebanyak dua kali berturut – turut. Selanjutnya dicelupkan ke dalam larutan kristal violet selama 5 menit. Kemudian dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan di bawah lampu yang bersuhu antara 25 – 30 °C. Setelah kering diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x menggunakan minyak emersi. Dihitung sedikitnya sebanyak 100 spermatozoa untuk mengetahui persentase spermatozoa bentuk normal (Sono, 1997).




















Bentuk – bentuk morfologi abnormal adalah kepala makro, kepala mikro, kepala taper, kepala piri, kepala double, kepala amorf, kepala round, kepala pin, midpiece abnormal, sitoplasma droplet, ekor double, ekor koil, ekor bent.

















Kriteria morfologi normal bila pada pemeriksaan didapatkan bentuk spermatozoa normal ≥ 30 % (WHO,1999). WHO 1999 yang direvisi > 14 % (kriteria ketat), dan terakhir morfologi normal WHO 2010 ≥ 4 %.
Bila tidak memenuhi kriteria persentase morfologi normal spermatozoa diatas maka kategori diagnostik laboratoris adalah Teratozoospermia.

Motilitas Spermatozoa

Motilitas Spermatozoa
Satu tetes semen (10 µl) ke atas gelas objek dengan ukuran 25.4 mm x 76.2 mm lalu ditutup dengan cover gelas 22 mm x 22 mm. Dilakukan pengamatan sebanyak 100 spermatozoa pada pembesaran mikroskop 400x.
Motilitas spermatozoa normal bila : motilitas a > 25 % atau a+b ≥ 50 % (WHO, 1999).
Motilitas di revisi WHO tahun 2010 hanya mengenal PR, NP, IM. Motilitas spermatozoa normal bila PR ≥ 32 % atau PR+NP ≥ 40 % (WHO, 2010)

Bila menggunakan bantuan komputer (CASA) dapat ukur secara objektif kecepatan spermatozoa, atau bila menggunakan pemeriksaan manual dengan menggunakan makler counting chamber dapat memudahkan pengkategorian motilitas spermatozoa :





















Bila Tidak memenuhi kriteria motilitas normal diatas maka kategori diagnostik laboratorisnya adalah Asthenozoospermia.

Oligozoospermia

Konsentrasi Spermatozoa
Dilakukan terlebih dahulu perkiraan kepadatan per lapang pandang spermatozoa dengan penggunakan lapang pandang besar (pembesaran 400 kali). Perkiraan ini digunakan untuk menentukan pengenceran yang digunakan untuk menghitung konsentrasi spermatozoa menggunakan haemocytometer.




















Dengan meneteskan satu tetes (10 µl) semen pada tiap kamar hitung haemocytometer, lalu dihitung jumlah spermatozoa yang ada.
• Jika sampel kurang dari 10 spermatozoa per lpb, maka menghitung seluruh kotak besar yang berjumlah 25.
• Jika 10 - 40 spermatozoa terlihat per lpb, maka cukup menghitung 10 kotak besar.
• Jika sampel > 40 spermatozoa terlihat per lpb, maka cukup menghitung 5 kotak besar.
Selanjutnya bila telah menghitung 25, 10 atau 5 kotak besar pada haemocytometer maka dibagi dalam faktor konversi sesuai kotak besar yang telah dihitung, yang hasilnya adalah konsentrasi spermatozoa dalam juta per milliliter.
Konsentrasi spermatozoa normal bila ≥ 20 juta/ml (WHO,1999).
WHO edisi 2010 konsentrasi spermatozoa normal bila ≥ 15 juta/ml.

Hubungan Konsentrasi dengan angka kehamilan dijelaskan dengan grafik dibawah ini :













Bila konsentrasi spermatozoa < 20 Juta/ml (WHO,1999) maka kategori diagnostik laboratoris disebut Oligozoospermia.
Khusus konsentrasi spermatozoa dibawah 5 juta/ml, di center Andrologi RSU Dr. Soetomo / Univ. Airlangga memberikan istilah khusus yaitu Extreme Oligozoospermia, atau diluar Indonesia di beberapa center memberikan istilah Severe Oligozoospermia.