Kasus :
Seorang laki-laki berumur 55 tahun datang pada tanggal 13 Mei 2008 dengan keluhan ereksi tidak maksimal sejak 1 tahun yang lalu. Libido biasa, frekuensi koitus 1 kali seminggu. Riwayat penyakit hepatitis A, dislipidemia, dan sindrom dispepsia. Obat yang diminum dalam 3 bulan terakhir mylanta, lipitor, viagra, cialis dan emperor kapsul. Penggunaan “obat kuat” tidak menolong mengatasi keluhan fungsi ereksi. Ejakulasi sedang. Morning erection masih ada setiap pagi. Skor IIEF5 = 5,5,5,3,2. Riwayat psikologis : tidak ada masalah hubungan psikologis dengan istri, tidak sering beda pendapat dengan istri, masih tertarik secara seksual dengan istri, tidak mempunyai pasangan lain, istri kooperatif dengan terapi DE, menurut pasien penyebab DE adalah banyak urusan bisnis dan ada kasus hukum.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum baik, TB 170.5 cm, BB 77.5 kg, lingkar perut 94 cm, panjang penis 9 cm, lingkar penis 8,5 cm. Tensi 120/80 mmHg, torak : Cor / Pulmo dbn, tidak ada ginekomastia, abdomen dbn.
Status Andrologis : Volume testis 12/10, konsistensi : kenyal / kenyal, epididymis dbn, tidak ada varikokel, tidak ada pyronie, reflek bulbo positif, tidak ada BPH.
Hasil laboratorium : GDP 108 mg/dl , kolesterol total 130 mg/dl, LDL 164 mg/dl, HDL 32 mg/dl, TG 219 mg/dl , UA 6.1 mg/dl, testosteron 315.3 ng/dl , PSA 0.46 ng/dl .
Diagnosis Kerja : Disfungsi ereksi campuran organik ringan-psikogenik, SDT, metabolik sindrom. Terapi : Modifikasi life style, olahraga, sildenafil sitrat (Viagra) 1x25 mg setiap hari, injeksi TU (nebido) 1000 mg (im). Saran kontrol lagi 6 minggu, cek lab lengkap.
Follow Up :
Tanggal 10 Juli 2008 : Datang untuk kontrol, ereksi sudah baik, bila menggunakan Viagra 25 mg koitus dapat selesai sekitar 5 menit, merasakan penis bertambah panjang, PF : TD : 120/80 mmHg. Diagnosis kerja : Disfungsi ereksi campuran organik ringan - psikogenik (perbaikan), SDT, metabolik sindrom. Terapi : Modifikasi life style, olah raga, sildenafil 1x25 mg setiap hari, injeksi TU 1000 mg (im). Saran kontrol lagi 3 bulan, cek lab lengkap.
Tanggal 14, 15 Oktober 2008 : Datang kontrol, ereksi sudah baik, bila menggunakan Viagra 25 mg koitus dapat selesai sekitar 5 menit, merasakan penis bertambah panjang, Hasil Pemeriksaan lab : Hb 16.9 mg/dl, Ht 49 %, GDP 102 mg/dl, SGOT 25/ PT 34 mg/dl, Cr 1.1 mg/dl, kolesterol total 152 mg/dl, LDL 88.7 mg/dl, HDL 32.9 mg/dl, TG 152 mg/dl, Testosteron 523.7 ng/dl. Diagnosis kerja : Disfungsi ereksi campuran organik ringan - psikogenik (perbaikan), SDT, metabolik sindrom. Terapi : Modifikasi life style, olah raga, sildenafil 1x25 mg setiap hari, injeksi TU 1000 mg (im). Saran kontrol lagi 3 bulan, cek lab lengkap.
Tanggal 20 Januari 2009 : Datang untuk kontrol, IIEF 5 = 5,4,5,5,5. EHS = 3. Lab : GDP 107 mg/dl, SGOT 27/PT 36 mg/dl, kolesterol total 175 mg/dl, LDL 164 mg/dl, HDL 38 mg/dl, TG 224 mg/dl, testosteron 508 ng/dl, PSA 0.61 ng/dl. Diagnosis kerja : Disfungsi ereksi campuran organik ringan - psikogenik (perbaikan), SDT, metabolik sindrom. Therapy : Modifikasi life style, olah raga, licotens 1x1, sildenafil 1x25 mg setiap hari, injeksi TU 1000 mg (im). Saran kontrol lagi 3 bulan, cek lab lengkap.
Tanggal 28 Mei 2009 : Datang untuk kontrol, migrain kambuh, ereksi menurun. Lab : GDP 104 mg/dl, LDL 103 mg/dl, HDL 31 mg/dl, TG 130 mg/dl, testosteron 397 mg/dl. Diagnosis kerja : Disfungsi ereksi campuran organik ringan - psikogenik (perbaikan), SDT, metabolik sindrom. Terapi : Modifikasi life style, olah raga, licotens 1x1, levitra 1x10 mg (p.r.n), injeksi TU 1000 mg (im). Saran kontrol lagi 3 bulan, cek lab lengkap.
Tinjauan Pustaka :
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan yang menetap atau berulang untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi untuk melakukan aktivitas seksual yg memuaskan.
Kadar testosteron yang rendah dihubungkan dengan sentral obesitas, metabolik sindrom, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, dan disfungsi ereksi. Respon ereksi pada manusia secara sentral dan perifer diregulasi oleh androgen.
Pertumbuhan phallus pada masa fetus dan selanjutnya tergantung pada konsentrasi testosteron dan DHT di jaringan dan densitas reseptor androgen. Pada tingkat cerebral, testosteron menstimulasi sintesis, penyimpanan dan pengeluaran neurotransmitter pro ereksi seperti dopamin, NO dan oksitosin. Pada tingkat spinal motoneuron somatis di otot bulbocavernosa dan ischiokavernosa adalah tergantung testosteron.
Pada korpus kavernosum, testosteron mempengararuhi ekspresi eNOS pada endotel dan smooth muscle pada korpus kavernosus. Pada penelitian hewan coba menunjukkan bahwa testosteron memiliki efek relaksasi pada otot polos kavernosa dengan menurunnya testosteron akan meningkatkan apoptosis otot polos (Porst, Hurtmut et al : 2006, hal. 39)
Pada male aging testosteron tidak hanya penting untuk karakteristik seks sekunder, libido dan potensi, tetapi juga menyebabkan perubahan mood dan fungsi kognitif. Testosteron pada male aging penting untuk kehidupan seksual sebagaimana untuk beberapa fungsi vital. (Nieschlag, et al : 2000, hal.428). Pada pasien diabetes glycated haemoglobin (HbA1c) berkurang sebagai konsekuensi peningkatan sensitivitas reseptor insulin.
Sentral obesitas terdiri dari adipose tissue yang banyak mengandung estradiol yang mengakibatkan feedback mechanism (-) ke hipofise (LH) yang selanjutnya produksi testosteron oleh sel leydig akan menurun. Fungsi adipocyte sebagai sel endokrin yang memproduksi dan mensekresi adipocytokines/adipokines yang didominasi leptin, dimana reseptor leptin ada di sel leydig dan menginhibisi hipofise (LH) yang selanjutnya kadar testosteron akan menurun.
IDF Consensus Group di Berlin pada tahun 2005 memberikan pedoman untuk sindrom metabolik, yaitu : Obesitas sentral : Lingkar pinggang orang Eropa ≥ 94 cm, orang Asia > 90 cm. Ditambah 2 dari :
- Peningkatan trigliserida : ≥ 1.7 mmol/L (≥ 150 mg/dl)
- Penurunan kolesterol HDL : < 1.03 mmol/L (< 40 mg/dl)
- Peningkatan tekanan darah : sistolik ≥ 130 mmHg, diastolik ≥ 85 mmHg
- Peningkatan glukosa darah puasa : ≥ 5.6 mmol/L (≥ 100 mg/dl),(atau type 2 diabetes)
Pada beberapa penelitian, pemberian PDE 5 inhibitor tidak selalu memperbaiki fungsi ereksi, dan pemberian testosteron dapat meningkatkan respon terapeutik PDE 5 inhibitor.
Pemberian testosteron juga dapat memperbaiki venous leakage pada korpus kavernosum sebagai faktor penyebab yang sering terjadi pada pria usia lanjut.
Daftar Pustaka :
Balon R, Segraves RT. 2005. Handbook of Sexual Dysfunction. Taylor and Francis. Florida.
Kapoor D, Goodwin E, Channer KS, dan Jones TH. 2006. Testosterone replacement therapy improves insulin resistance, glycaemic control, visceral adiposity, and hypercholesterolemia in hypogonadal men with type 2 diabetes.
Levine TB, Levine AB. 2006. Metabolic Syndrome and Cardiovascular Disease. Saunders Elsevier. Philadelphia.
Lue T. 2004. Clinical Manual of Sexual Medicine - Sexual Dysfunctions in Men. Health Publications Ltd. USA.
Nieschlag E, Behre HM. 2004. Andrology : Male Reproductive Health and Dysfunction. Second Edition. Springer. Berlin.
Porst H, Buvat J, penyunting. Standard Practice in Sexual Medicine. Massachusetts: Blackwell publishing; 2006.
Shabsigh R, Arver S, Channer KS, Earley I, Fabbri A et al. 2008. The triad of erectile dysfunction, hypogonadism and the metabolic syndrome.
Sindrom Defisiensi Testosteron Pada Pria Usia Lanjut (Andropause)
Diposting oleh Anton Darsono Wongso di 23.08.00 Label: Male Aging
Langganan:
Postingan (Atom)