Pengaruh Rokok Terhadap Defisiensi Selenium

Merokok telah menjadi masalah kesehatan global yang serius. Asap rokok merupakan oksidan yang menyebabkan berbagai kelainan pada beberapa sistem tubuh (Zahraie, 2005). Kandungan asap rokok tembakau merupakan oksidan dan pro oksidan yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan radikal bebas dan meningkatkan stress oksidatif. Setiap hembusan / kepulan asap rokok tembakau mengandung 104 oksidan dalam fase tar dan 105 dalam fase gas. Asap rokok merupakan faktor resiko dalam meningkatkan peroksidasi lipid.

Selenium diperlukan sebagai komponen essensial enzim Glutathione Peroksidase, merokok dapat berpengaruh terhadap aktivitas enzim antioksidan, yang secara tidak langsung berakibat pada metabolisme Selenium (Zahraie et al, 2005).

Selenium (Se) merupakan trace element yang sangat unik, sebab merupakan komponen dari sebuah asam amino selenocystein. Selenoprotein terlibat dalam pengaturan biologikal yang spesifik. Enzim Gluthathione Peroxidase tergantung pada kinerja Selenium. Selenium berperan dalam pengaturan sel seperti melindungi kerusakan akibat oksidatif, melawan infeksi, dan modulasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
Pada penelitian beberapa hewan coba dilaporkan bahwa Selenium diperlukan untuk perkembangan testis dan spermatogenesis pada tikus (Behne et al, 1996 dalam Hawkes et al, 2001), mencit dan babi (Combs dan combs, 1986 dalam Hawkes et al, 2001). Serum Selenium dilaporkan lebih rendah pada pria dengan oligozoospermia dan azoospermia dibandingkan kontrol (Krsnjavi et al, 2001 dalam Hawkes et al, 2001). Penurunan fertilitas pada pria dijabarkan sebagai penurunan konsentrasi, penurunan motilitas dan makin banyaknya kerusakan spermatozoa.

Defisiensi Selenium pada spermatozoa menyebabkan distorsi pada arsitektur mid piece sebab Selenium merupakan trace element penyusun matriks keratin (kapsul) mitokondria. Peran Selenium terutama pada pembentukan selenoprotein P dan phospholipid hydroperoxidase gluthatione peroxidase (PHGSH-Px) dalam spermatogenesis. Selenoprotein P ditransformasi pada tingkat akhir spermatogenesis dari selenoperoxidase aktif ke dalam struktur protein yang akan menjadi bagian kapsul mitokondria spermatozoa. Transformasi ini berjalan seiring dengan hilangnya glutathione. Mekanismenya, proses ini menginaktivasi GSH-Px dari reaksi bentuk selenenik dengan thiol GSH-Px itu sendiri dan protein lain. Komponen terbanyak selenoprotein PHGSH-Px, PHGSH-Px disintesis di spermatid bulat dibawah kontrol tak langsung testosteron. Distorsi midpiece akan menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa yang pada akhirnya dapat mengakibatkan infertilitas.

Selenoprotein juga berfungsi mengikat radikal bebas yang dihasilkan oleh proses fosforilasi oksidatif di mitokondria. Kecenderungan peningkatan jumlah perokok di Indonesia dapat meningkatkan angka kejadian infertilitas di Indonesia diperkirakan pada tahun – tahun mendatang.

0 komentar: