Sindroma Defisiensi Testosteron

Dasar diagnosis sindroma defisiensi testosteron berdasarkan anamnesis (wawancara secara sistematis mengenai gejala), pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang laboratorium dengan mengukur kadar testosteron.

Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan untuk ekplorasi tanda-tanda atau gejala – gejala yang mungkin dialami pasien yang mungkin mengalami defisiensi testosteron. Gejala utama yang berhubungan dengan gairah seks (libido rendah) dan fungsi ereksi, selain pertanyaan tentang berbagai gejala lainnya.

Karena banyak gejala-gejala ini belum tentu hanya karena hanya kadar testosteron rendah, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang dengan melakukan tes darah untuk mengukur kadar testosteron dan tes darah lainnya untuk menunjang diagnosis.

Pemeriksaan Fisis :
- Umum (mengukur tekanan darah, mengukur lingkar perut & WHR)
- Andrologis (karakteristik seksual sekunder, testis)













Tes darah :
Darah biasanya akan diambil di pagi hari (7:00-11:00) ketika testosteron dalam darah pada irama circadian pada kadar tertinggi.




1 komentar:

Anonim mengatakan...

dok bagaimana bisa andropause menyebabkan insomnia? terima kasih